Kepribadian Pria VS Kepribadian Wanita

lo2262

(image credits. google)

Oleh. Evie Sofiyah

(Universitas Islam Indonesia)

Kenapa seringkali pria dan wanita memiliki banyak sekali perselisihan? Kenapa juga keduanya seakan sulit sekali untuk bisa disatukan baik pemikiran, tindakan, maupun kebiasaannya? Apakah itu semua hanya stereotipe yang beredar pada lingkungan kita atau memang dipengaruhi faktor lain yang lebih ilmiah—seperti gen, hormon, kromosom dan lainnya?

Erik Erikson—pencetus perspektif psiko sosial-emosional (dalam Howard & Miriam) sendiri mengungkapkan bahwa pria cenderung memiliki sifat aktif, eksploratif, gemar berperang, dan pragmatis, sesuai dengan genital pria yang berada di luar. Sedangkan karakteristik wanita didominasi oleh sifat pengasuhan, lembut, dan cinta damai, serupa dengan hakikat genital wanita yang berada di dalam.

Penjelasan Erikson tentunya tidak lepas dari fakta mengenai perbedaan otak pria dan wanita. Alasan Erikson berkata bahwa wanita cenderung bersifat lembut atau tenang, ialah terbukti dengan adanya bahan kimia yang terkandung dalam otak wanita. Adanya kandungan serotonin pada wanita membuat wanita lebih bersikap kalem, berbeda dengan laki-laki yang cenderung agresif dan mengandalkan otot untuk menyelesaikan perselisihan. Wanita juga memiliki lebih banyak hormon oksitosin atau hormon cinta atau hormon kasih sayang, membuat wanita cenderung suka ‘terikat’ dengan orang lain. (Wanibesak, 2011)

Beberapa faktor mungkin memengaruhi kepribadian yang berbeda di antara keduanya. Faktor gender stereotype, misalnya, juga sangat memengaruhi. Gender stereotype yang diberikan masyarakat memang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perilaku atau kepribadian pria dan wanita. Kehidupan sosial sering beranggapan bahwa pria harus mendominasi. Jika tidak, maka ‘label’ lemah harus diterima oleh pria tersebut. Pria digambarkan sebagai makhluk maskulin dan wanita feminim. Pria harus kuat, tidak boleh cengeng, dan harus mandiri. Sementara wanita lebih cenderung bergantung kepada pria, baik dari kemandirian maupun perlindungan. Wanita juga dicap sebagai makhluk yang lemah.

Lemah dan kuat di atas tentunya memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Seperti misalkan, mungkin dari segi kekuatan, wanita cenderung lemah, tetapi wanita bisa mengerjakan berbagai aktivitas dari pagi hingga malam dan wanita juga lebih unggul dalam hal multitasking. Berbeda dengan lelaki yang bisa mengerahkan seluruh tenaganya dalam sekali beraktivitas, tapi sulit untuk meneruskan aktivitas lainnya. Terbukti dari seorang suami yang pulang kerja untuk istirahat, sedangkan istri masih harus mengurusi berbagai hal di keluarga dan rumahnya hingga menjelang tidur.

Mungkin, tanpa kita sadari, fakta-fakta di atas adalah stereotip yang diberikan oleh lingkungan sehingga mau tidak mau sudah ada dalam alam bawah sadar kita, bahwa memang seharusnya begitulah peran dari masing-masing pria dan wanita. Karena keyakinan ini sudah diwariskan turun temurun, maka sulit untuk mengubahnya. Lagipula, selain karena faktor gender stereotype, faktor biologis dan fisiologis juga mendukung adanya anggapan seperti di atas.

Contoh kecil dari faktor biologis ialah, pada remaja perempuan, struktur otak lebih cepat terbentuk sehingga seringkali dijumpai bahwa remaja perempuan lebih cepat dewasa dan matang pikirannya dibandingkan dengan remaja laki-laki. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa pria baru benar-benar dewasa setelah menginjak usia kurang lebih empat puluh tahun.

Contoh lainnya dari faktor biologis ialah, terdapat beberapa perbedaan antara fungsi otak pria dan wanita, dimana salah satunya memiliki dominan yang kuat. Misalkan, perbedaan amygdala—bagian otak yang mengontrol respon emosi. Pada pria, amygdala sedikit berkomunikasi pada jaringan otak lain, sedangkan pada perempuan banyak berkontribusi dan menghubungkannya dengan bagian otak bahasa. Itulah kenapa pria lebih sulit perihal mengungkapkan perasaan sedangkan perempuan lebih gamblang dalam mencurahkan isi hatinya. (Zaidisign. 2015)

Perbedaan kepribadian pria dan wanita ini memang sejatinya sudah terbentuk sejak mereka bayi. Pada bayi perempuan, mereka cenderung menyukai wajah dan ekspresi seseorang, itulah kenapa perempuan lebih unggul terhadap kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dibandingkan laki-laki. Sedangkan untuk bayi laki-laki, mereka menyukai suatu objek. Seperti bola, mainan, dan objek lainnya. Itulah juga alasan kenapa pria disebut sebagai makhluk visual.

Mengenai pria yang disebut sebagai makhluk visual, ada penelitian yang membuktikan bahwa pria memang suka mengamati objek di sekitarnya. Saat ditanya, apa yang mereka ingat saat berada di dalam taksi, pria akan menceritakan tentang bentuk mobil tersebut, dimana letak AC-nya, bagaimana bentuk dashboard mobil, dan lain-lain. Sedangkan wanita akan menceritakan bagaimana sang supir taksi mencurahkan isi hatinya mengenai kondisi keluarganya saat ini.

Sejatinya, pria dan wanita memang diciptakan oleh Tuhan untuk saling melengkapi. Penulis sendiri berpendapat bahwa memang seharusnya dan memang lebih baik banyak perbedaan di antara pria dan wanita. Kekosongan yang ada pada pria akan diisi oleh kelebihan wanita, begitu pun sebaliknya. Hanya saja, seringkali perbedaan-perbedaan tersebut menjadi perselisihan ataupun konflik yang tidak bisa dihindari. Kubu wanita beranggapan bahwa pria sulit mengerti mereka, begitu pun sebaliknya.

Karena memang pada dasarnya pria dan wanita adalah dua makhluk yang memiliki kepribadian dan pola pikir yang sangat berbeda, maka akan sangat sulit sekali untuk menyatukan keduanya dan mendorong keduanya untuk saling memahami. Ada saja hal-hal yang menurut pria, wanita adalah makhluk yang sulit dimengerti, sedangkan menurut wanita, pria adalah makhluk aneh.

Penulis membuat artikel demikian tanpa ada niatan untuk mengunggulkan atau menjatuhkan satu pihak sama sekali. Tujuan utama dari artikel ini ialah, agar baik pria maupun wanita mengerti bahwa mereka diciptakan memang berbeda dan untuk saling melengkapi. Apa yang tak ada pada wanita, ada pada pria. Pria dan wanita harus saling menghargai dan menghormati perbedaan mereka, juga memenuhi kebutuhan masing-masing, bukan untuk menjadi apa yang mereka inginkan, termasuk keinginan untuk berpola pikir yang sama.

Sumber:

S. Frieadman, Howard. & W. Schustack Miriam. 2010. Kepribadian. Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Zaidisign. 2015. Jangan Lupa, Ini Perbedaan Otak Laki-Laki dan Perempuan. Diakses pada 19 Juni, 2015 dari https://makassar.tribunnews.com/2015/02/25/jangan-lupa-ini-perbedaan-otak-laki-laki-dan-perempuan

Wanibesak. 2011. Perbedaan Laki-Laki dan Perempuan dalam Menggunakan Otak. Diakses pada 19 Juni, 2015 dari https://wanibesak.wordpress.com/2011/08/13/perbedaan-laki-laki-dan-perempuan-dalam-menggunakan-otak/

Tinggalkan komentar